Tak
bisa dipungkiri, jika setiap orang akan memiliki rasa khawatir dan juga rasa
takut di dalam diri mereka. Hal ini tentunya sangat manusiawi, selam1a
perasaan seperti itu masih ada dalam batas yang wajar.
Namun pada kenyataannya, rasa khawatir dan rasa takut ini kerap
berlebihan dan begitu besar pada beberapa orang, sehingga sering menjadi
masalah yang mengganggu. Jika sudah begini, maka sejumlah masalah yang tidak
begitu penting, akan sering timbul. Bukan hanya bagi orang itu sendiri, namun
bagi orang lain di lingkungannya juga, baik itu keluarga atau bahkan
teman-temannya.
Hal inilah yang sejak lama menjadi masalah bagi Utami, seorang ibu muda
yang telah memiliki seorang balita berumur 3 tahun.
Sejak
dulu, Utami selalu menghawatirkan banyak hal, bahkan yang oleh sebagian orang
dianggap tidak perlu sekalipun. Utami takut1 saat
tinggal di rumah sendirian, namun takut dan khawatir juga saat meninggalkan
rumah dalam kondisi kosong dan tidak ada yang menunggui. Aneh bukan? Sementara
di luar sana ada ribuan rumah yang kerap kosong setiap harinya dan ditinggal
pergi penghuninya saat bekerja.
Pada awalnya, oleh keluarga hal ini dianggap wajar dan akan hilang
seiring dengan berlalunya waktu. Utami beranjak dewasa, telah mandiri dan
bekerja pada sebuah perusahaan ternama, namun perasaan takut dan khawatir yang
dimilikinya tak kunjung reda.
Beberapa tahun kemudian Utami menikah, namun rasa khawatir dan rasa
takutnya akan kedua hal tersebut tidak kunjung hilang. Hal ini kerap menjadi
masalah, terutama saat Utami dan keluarga kecilnya bepergian dan meninggalkan
rumah.
Meski di rumah mereka memiliki seorang asisten rumah tangga, Utami akan
tetap meminta adik atau kakaknya untuk tinggal sementara di rumah mereka saat
Utami sekeluarga harus pergi dan menginap di luar kota.
Hal ini berlangsung terus-menerus dan membuat
kakak dan adiknya juga merasa kerepotan, mengingat hampir setiap bulan Utami
bepergian untuk urusan bisnis dan yang lainnya. Suaminya juga menyadari hal ini
dan mulai memikirkan cara untuk mengatasi segala sesuatunya.
Siang itu, Utami, suami dan anaknya akan segera berangkat ke Bali untuk
berlibur selama 2 hari di sana. Semua persiapan telah dilakukan, termasuk
“memesan” adiknya untuk tinggal di rumah dan menemani asisten rumah tangga
selama mereka berlibur nanti.
Adiknya mengiyakan dan telah tiba sesaat sebelum Utami berangkat. Utami
berangkat dan menikmati liburan dengan tenang, meskipun sesekali ia tetap
menelepon adiknya dan menanyakan kondisi rumah.
Tidak sesering dulu Utami mengecek rumah, sebab ia telah berjanji pada
suaminya untuk mengurangi semua rasa khawatirnya yang berlebihan itu.
Semua berjalan lancar selama liburan, hingga tiba waktunya keluarga
kecil itu kembali ke ibukota lagi. Utami senang, begitu juga dengan suami dan
anaknya. Namun rasa khawatir segera datang, saat Utami mencoba mengetuk pintu
dan tak seorangpun membukakannya.
5 menit telah berlalu, Utami tampak semakin resah dan tak henti-hentinya
menelepon adik dan asisten rumah tangganya. Utami tampak lega saat melihat
mobil adiknya memasuki halaman rumah mereka, namun ia keheranan ketika melihat
asisten rumah tangganya ke luar dari mobil sambil menenteng sebuah tas.
“Kita
harus belajar dari kura-kura yang selalu membawa serta rumah di pundaknya,
bukankah dia berjalan begitu lambat dan sering tampak kelelahan?”
ujar suaminya sambil tersenyum.
Di luar pengetahuan Utami, suaminya telah meminta asisten rumah
tangganya untuk cuti dan pulang kampung selama mereka berlibur, dan adik
iparnya tak perlu menunggui rumah mereka selama 24 jam, cukup dicek sekali
sehari saja.
Biarkan satpam melakukan tugasnya dan menjaga keamanan rumah yang
kosong. Pada awalnya Utami marah dan tidak setuju dengan apa yang telah
dilakukan oleh suaminya, namun lama-kelamaan wanita itu mulai mengerti bahwa
tidak semua hal perlu ditakutkan dan dikhawatirkan dengan berlebihan.