Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul
Allah ﷻ. Berbeda dengan manusia lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah.
Dan ibunya adalah seorang wanita suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah ﷻ
menghendaki sesuatu terjadi, maka ia akan terjadi.
Adam, Allah ﷻ ciptakan tanpa perantara ayah
dan ibu. Hawa lahir tanpa campur tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.
Maryam Melahirkan Manusia Mulia
Maryam adalah seorang wanita shalihah yang
menjaga diri dan kehormatan. Sudah kami tuliskan kisah Maryam menjaga kesucian
dirinya dengan judul Maryam Teladan Bagi Muslimah.
Berita tentang kelahiran Nabi Isa ﷺ menyebar
perlahan. Satu per satu orang tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan
anak laki-laki. Saat hendak melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung
timur Masjid al-Aqsha.
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا
قَصِيًّا
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia
menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS:Maryam |
Ayat: 22).
Lahirlah Nabi Isa ﷺ di tempat tersebut.
Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut
beredar fitnah tentang dirinya di masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari
mana ia peroleh anak itu? Mana suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya?
Dan tuduhan lainnya. Ia takut akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat
berat baginya. Seorang wanita tak akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina.
Maryam adalah wanita shiddiqah. Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang
suci. Di tanah yang mulia dan qudus.
Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang
putranya. Tentang Isa bin Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh
tanpa benih?” “Bisa. Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam,
retoris. Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa.
Siapakah yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya
lagi untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?”
Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan
ibu”. Mereka pun diam.
Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai
dan mengenalnya Mereka pun tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati
mereka. Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik,
apa yang akan mereka katakan?
Manusia dalam keadaan Nabi Isa ﷺ ini terbagi
menjadi tiga:
Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka
menuduhnya sebagai anak zina, karena menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf
an-Najjar.
Kedua: Orang-orang Nasrani. Mereka menganggap
Isa sebagai anak Allah. Dan Maha Suci Allah dari yang demikian.
Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan
Nabi Isa sebagai seorang nabi dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan
terhadapnya, dengan mengimaninya sebagai hamba Allah.
Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di sana
ia berucap,
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ
نَسْيًا مَنْسِيًّا
“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum
ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (QS:Maryam |
Ayat: 23).
Ia berharap seandainya mati, karena beratnya
keadaan. Lalu Allah ﷻ menghibur Maryam dengan,
فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي
قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا. وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ
تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا. فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا
“Maka menyerunya dari tempat yang rendah:
“Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak
sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum
dan bersenang hatilah kamu.” (QS:Maryam | Ayat: 24-26).
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang
siapa yang menyeru Maryam dalam ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin
Maimun dll. menyatakan bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan
bahwa Nabi Isa berbicara kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah
bersedih’. Sang anak menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia
dari Allah ﷻ. Maryam pun menjadi tenang.
Maryam Bertemu Kaumnya
Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang
dan bertemu kaumnya. Mereka berkata,
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا
يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ
أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya
dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
pezina”. (QS:Maryam | Ayat: 27-28).
Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan
keadaannya, orang-orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam
dengan telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka
bawa-bawa kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu.
Mereka tuduh Nabi Zakariya lah yang
menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka hakimi Zakariya dengan membunuhnya. Di
antara mereka juga ada yang menuduh Yusuf an-Najjar, sepupu Maryam, adalah
bapaknya Isa.
Isa, Bayi Yang Penuh Berkah
Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara
dan bersaksi untuk mereka. Ia pun mengatakan,
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ
نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka
berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam
ayunan?” (QS:Maryam | Ayat: 29).
Isa memberikan jawaban dan persaksian,
membantah tuduhan keji yang dilemparkan pada ibunya.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ
الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,”
(QS:Maryam | Ayat: 30).
Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan
bahwa dia adalah hamba Allah ﷻ, bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah
tuduhan kaumnya terhadap ibunya. Ia membantah orang yang mengatakannya anak
Allah atau anak zina.
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ
وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي
وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati
di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan
pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (QS:Maryam | Ayat: 31-33).
Kami tutup kisah ini dengan penjelasan
Alquran tentang Nabi Isa ﷺ:
ذَٰلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ
الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ
وَلَدٍ ۖ سُبْحَانَهُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ.
“Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan
perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan
sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.”
(QS:Maryam | Ayat: 34-35).
Sumber : kisahmuslim.com
Sumber : kisahmuslim.com
